"Ajang ini diikuti siswa SMP, SMA dan SMK. Saya mengucapkan selamat datang bagi peserta tersebut," kata Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, saat membuka kegiatan tersebut di Sanur, Bali, Rabu.
Ia mengatakan kegiatan internasional tersebut merupakan tempat bertemunya para peneliti muda dunia untuk saling bertukar pikiran dan menunjukkan karya, termasuk 25 siswa dari Denpasar, Bali.
IYIA 2018 memamerkan 317 temuan dari 15 negara. Terdiri dari 117 temuan peserta internasional, dan sisanya temuan peserta nasional.
Wali Kota Rai Mantra lebih lanjut mengatakan IYIA 2018 di Kota Denpasar menjadi kesempatan emas bagi peneliti-peneliti muda untuk mengembangkan hasil penemuannya secara berkelanjutan terutama yang bermuatan kearifan lokal.
Sementara itu, Director of Training and Innovation Development Inoppa (Indonesian Invention And Innovation Promotion Association), Windani Tiarahmawati menjelaskan bahwa IYIA telah memasuki tahun kelima pelaksanaanya.
"Peneliti muda perwakilan dari negara Indonesia berjumlah 131, dan 117 peserta dari berbagai negara lainnya. Sebanyak 25 orang di antaranya berasal dari sekolah-sekolah di Kota Denpasar. Sedangkan sebanyak 131 peneliti muda Indonesia itu berasal dari 50 institusi," ucapnya.
Ia mengatakan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut untuk mempromosikan dan mempublikasikan karya-karya para peneliti muda ke masyarakat agar dapat dirasakan kemanfaatannya.
"Harapannya tentu semakin tahun karya peneliti muda yang kami hadirkan semakin bertambah, dan semakin banyak pemerintah kabupaten dan kota yang tertarik menjalin kerja sama pengembangan hasil penelitian ini dan memberikan dukungan," ujarnya.
Sedangkan Asisten Administrasi Umum Pemkot Denpasar I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan Pemerintah Kota Denpasar sangat yakin kunci dari pembangunan adalah pengembangan sumber daya manusia berbasis kreativitas.
Ia mengatakan, pemkot telah banyak merintis pengembangan riset dan teknologi di sekolah-sekolah.
Penelitian Batako
Seorang peserta dari tim peneliti SMAK Harapan Denpasar, Sharon membawa karyanya berupa pembuatan batako dari sampah organik yang ia telah kembangkan sejak dua tahun terakhir.
"Sampah organiknya adalah sisa sarana upacara berupa canang (sesaji) yang sudah selesai digunakan, penelitian ini tercetus karena melihat banyaknya sisa pemakaian canang tidak dimanfaatkan," ucapnya.
Lebih lanjut, Sharon menyampaikan keunggulan produk ini adalah bahan baku lebih mudah didapatkan, dapat meredam bunyi sebesar 42,2 persen lebih besar dari batako biasa karena berpori serta lebih ramah lingkungan. ? ?
"Dengan perkiraan tersedianya ratusan meter kubik sisa canang sebagai bahan baku setiap harinya maka batako ini bisa diproduksi
sesuai standar batako biasa. Kami berharap hasil penelitian kami dapat bermanfaat bagi masyarakat luas," ujarnya.
Baca juga: Tiga peneliti muda Indonesia dapat penghargaan dari Prancis
Baca juga: Ilmuwan muda Indonesia adu kemampuan di ajang dunia
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Dewanti Lestari
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Siswa-siswi ikuti International Young Inventor Awards"
Post a Comment