"Jadi sampai saat ini, atau hari ketiga (pascabencana), belum ada bantuan pemerintah yang diterima. Entah itu mi instan dan sebagainya," kata Fitria, salah seorang warga Kelurahan Silae kepada Antara di Palu, Minggu.
Ia mengatakan saat ini warga sangat membutuhkan makanan, air dan obat-obatan. "Kalau pakaian masih ada yang selamat dan bisa kami pakai. Tapi kalau makanan kami butuh sekali itu, dengan obat-obatan dan air. Sembako lah," katanya.
Berdasarkan pantauan pewarta foto Antara Muhammad Adimaja di Kota Palu, beberapa toko dan warung klontong di sana sudah mulai ada yang buka. Namun demikian harga jual menjadi tinggi.
"Minuman kemasan dijual mulai harga Rp7.000 hingga Rp15.000. Rokok dijual Rp30.000 per bungkus," ujar dia.
Serba Darurat
Lebih lanjut, Fitria mengatakan kondisi infrastruktur di Kota Palu banyak mengalami kerusakan akibat gempa dan tsunami, termasuk rumah-rumah warga.
"Semua rusak jalannya, lapangan juga terbelah tanahnya. Jadi rumah-rumah yang ada di Silae sudah tidak ada orangnya, karena parah sekali kondisinya," ujar dia.
Fitria mengaku saat ini menginap di rumah saudara yang masih bisa ditempati. Namun demikian semua masih serba darurat karena gempa masih terasa, sehingga semua memilih untuk tidur di jalanan.
Berdasarkan pantauan di lapangan proses evakuasi korban gempa dan tsunami di Kota Palu terkendala kurangnya alat berat. Semua masih dilakukan secara manual oleh Basarnas.
Hingga saat ini pasokan listrik dan telekomunikasi belum kembali normal. Warga pun beramai-ramai mengambil BBM di mobil-mobil tangki Pertamina, selain mengambil makanan dan minuman dari toko atau warung yang masih tutup.
Baca juga: BUMN terus alirkan bantuan korban gempa Donggala-Palu
Baca juga: Lembaga kemanusiaan Turki kirim tim ke Donggala
Baca juga: Pemerintah bergerak cepat mitigasi dampak gempa Palu
Pewarta: Muhammad Adimaja dan Virna P Setyorini
Editor: Arief Mujayatno
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Warga Kota Palu mengharapkan makanan dan air"
Post a Comment