Menurut Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Sumarjo Gatot Irianto di Jakarta, Selasa, salah satu program yang akan dilakukan yakni pengembangan pola tanam tumpang sari padi, jagung, dan kedelai sistem tanam rapat.
"Pertimbangan pola tumpang sari ini agar tidak terjadi persaingan penggunaaan lahan antara komoditas padi, jagung dan kedelai," katanya.
Menurut dia, selama ini jika harga padi bagus maka petani akan menanami lahannya dengan komoditas tersebut sepanjang tahun, sehingga jagung atau kedelai tak dikembangkan.
Begitu juga, lanjutnya, jika harga jagung sedang tinggi maka petani akan menanamnya selama satu tahun berturut-turut tanpa menyelinginya dengan kedelai.
"Selain terjadi persaingan lahan, pola tanam tanpa pergiliran tersebut rentan dengan serangan hama," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, pola tumpang sari yang akan dikembangkan yakni padi-jagung, padi-kedelai, jagung-kedelai.
Indonesia masih punya peluang untuk menggenjot produksi dengan pola tersebut sampai lima tahun ke depan sehingga dapat memitigasi alih fungsi lahan terutama akibat pembangunan infrastruktur
"Pola tumpang sari akan lebih dipacu lagi di tahun mendatang," ujar Gatot.
Menurut dia, luas penanaman dengan pola tumpan sari sistem rapat tersebut yakni untuk padi-jagung sekitar 350 ribu hektare, padi-kedelai 350 ribu hektare, dan jagung kedelai 350 ribu hektare.
Terobosan lain yang akan diterapkan dalam peningkatan produksi pangan yakni optimalisasi penanaman padi gogo tidak hanya di lahan kering, tapi juga memanfaatkan gogo sawah, gogo gunung, gogo rawa, padi rawa, dan padi pasang surut.
"Potensi kita masih banyak untuk mengembangkan padi di luar lahan sawah. Tahun 2018 ini kita mengembangan padi gogo seluas 1 juta ha di areal lahan baru," katanya.
Menurut dia, alih fungsi lahan semakin tinggi, maka perluasan lahan di areal baru sebagai solusi untuk tetap mempertahankan produksi padi nasional.
Sementara itu dari sisi sarana produksi, penggunaan benih bermutu dan penyediaan bantuan benih tahun 2018 seluas 6.788.210 hektare untuk benih padi hibrida, padi hibrida, jagung, dan kedelai diharapkan mampu menyediakan benih varietas unggul.
Selain bantuan benih, Ditjen Tanaman telah mampu melampaui target nawacita 1.000 Desa Mandiri Benih (DMB) yang mana hingga tahun ini telah dilaksanakan program DMB di 1.313 unit.
"Dengan adanya DMB petani dapat diberdayakan untuk mampu memenuhi kebutuhan benihnya sendiri," katanya.
Sedangkan untuk pengamanan produksi dikembangkan budi daya tanaman sehat (BTS) di lahan endemis serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Tahun 2017 dilaksanakan di 13.610 hektare dan 2018 meningkat menjadi 33.000 hektare.
Berdasarkan laporan pengamat OPT di lapangan, produktivitas di lahan BTS meningkat dari semula 6,46 ton/hektare menjadi 8,7 ton/hektare, serangan OPT juga mengalami penurunan signifikan di tahun ini sebesar 36,56 persen dari tahun sebelumnya.
Terbukti upaya gerakan pengendalian yang intensif selama ini mampu meminimalisir serangan OPT tahun ini.
Untuk mengurangi susut hasil panen dan peningkatan nilai tambah, Ditjen Tanaman Pangan mengalokasikan bantuan alsintan pascapanen sebanyak 52.230 unit selama 2014-2018 .
Tahun 2018, tambahnya, memberikan dryer sebanyak 1.000 unit sehingga diharapkan tidak hanya produksi yang terjaga namun mutu panen juga baik yang akhirnya harga juga akan bagus.
Upaya lainnya yakni pengawalan atau pendampingan untuk mencapai sasaran produksi tanaman pangan. Pengawalan dilakukan dari aparat pusat, daerah, penyuluh lapangan sampai dengan tingkat kecamatan.
Baca juga: 10 kebijakan operasional Mentan tingkatkan produksi dan ekspor pangan
Baca juga: Mentan berharap produksi gabah naik 5 persen
Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Begini terobosan Kementan dongkrak produksi pangan"
Post a Comment