"Kami terkendala di pengemasan. Industri rumahan di sini masalahnya di pengepakan, pak," kata pendamping ibu-ibu membuat produk kreasi rumahan, Nora, kepada Hasto dan Djarot yang melihat-lihat hasil kerajinan.
Di toko tersebut dipajang sejumlah produk hasil kerajinan, seperti ulos, kotak tisu, tudung saji, keripik kulit pisang, pisang sale dan berbagai pernak pernik buatan tangan.
Inovasi yang dilakukan ibu-ibu tersebut antara lain kerupuk kulit pisang karena tak suka melihat limbah kulit pisang awak dan pisang ambon yang kerap terbuang.
Produsennya adalah para ibu dan remaja putri dari belasan desa di kabupaten itu yang dididik di setiap desa mau pun kecamatan. Proses pendidikannya menggunakan pendanaan dari dana desa.
"Ini bagian dari one village one product (satu desa satu produk). Yang mengerjakan ibu-ibu dan remaja," kata Nora.
Dorongan ibu-ibu dan remaja mengikuti pelatihan dikatakannya untuk pemberdayaan ibu rumah tangga. Dari membuat kerajinan atau makanan, sehari mereka mendapatkan Rp50 ribu apabila rajin membuat kreasi.
Sejauh ini, produk para ibu itu dijual ke para tamu yang datang ke Asahan dan dipasarkan melalui daring.
Djarot memuji kreativitas para ibu yang melakukan hal nyata dan menyebut manfaat dana desa untuk membuka lapangan kerja.
"Kalau di sini nyata tidak berwacana kerja nyata, kalau sebelah kan untuk sekedar ramai ramai hura-hura tidak ada kerja nyata," kata Djarot.
Baca juga: Hasto-Djarot jenguk Bupati Asahan
Baca juga: Djarot dipercaya rebut kemenangan di dapilnya
Baca juga: Hasto dan Djarot coba masak mie balap di Medan
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ibu-ibu berbagi kiat dan kendala jalankan industri rumahan"
Post a Comment