Ibu kota negara Jakarta dan Kota Palembang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan terpilih sebagai tuan rumah ajang multicabang olahraga paling bergengsi tingkat Asia, Asian Games.
Tak ayal, angka 18.8.18 menjadi angka sakral dan penting dalam empat tahun terakhir bagi dua kota di Indonesia itu, yang terpilih menjadi tuan rumah Asian Games XVIII.
Angka "cantik" yang mewakili tanggal, bulan dan tahun perlaksanaan Asian Games 2018 di Palembang-Jakarta itu akhirnya benar-benar mencapai titik nolnya di hari Sabtu (18/8).
Tepat tanggal 18 Agustus itu, satu hari setelah peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, ajang multicabang olahraga bangsa-bangsa di Asia resmi dibuka dengan mengusung semangat Energy of Asia.
Jakarta yang menjadi kota pertama Asian Games 2018 menggebyarkan ajang olahraga terakbar di Asia itu dengan menggelar upacara pembukaan atau opening ceremony Asian Games di Stadion Gelora Bung Karno, pada Sabtu malam.
Kota Palembang yang menjadi kota kedua penyelenggaraan Asian Games juga tak mau ketinggalan dalam memeriahkan ajang empat tahunan ini dengan turut menggelar acara serupa meski mengusung konsep berbeda Welcome Night.
Bagi Palembang, acara "Selamat Datang" ke kontingen negara peserta ini teramat spesial karena menjadi penanda bahwa Asian Games secara resmi dimulai hingga dua pekan ke depan. Ini sekaligus menjadi jawaban atas penantian panjang warga Palembang sejak ditetapkan Dewan Olimpiade Asia sebagai tuan rumah bersama Jakarta pada September 2014.
Palembang yang telah menyiapkan diri kurang lebih 3,5 tahun akhirnya sampai ke puncak kegiatannya yakni menyelenggarakan pertandingan 12 cabang olahraga yakni sepak bola putri, menembak, boling, panjat tebing, dayung, kano, sepak takraw, tenis lapangan dan soft tenis, sepatu roda, skate board, dan voli pantai.
Kota Palembang terpilih menjadi tuan rumah Asian Games sebenarnya bukan terjadi begitu saja. Kota yang dibelah oleh Sungai Musi ini sebenarnya sudah menunjukkan pola yang konstan sejak tahun 2004 ketika menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XVI.
Palembang dipercaya menjadi kota pertama di Indonesia di luar Pulau Jawa yang menggelar PON. Jejak langkah Palembang ini kemudian memuluskan juga keinginan Samarinda, Kalimantan Timur menjadi tuan rumah PON pada tahun 2008.
Kemudian di bawah kepemimpinan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, Palembang semakin tegas menunjukkan warnanya sebagai kota penyelenggara ajang olahraga internasional.
"Bagaimana investasi supaya masuk ke Sumsel, kita harus dikenal dahulu. Bagaimana dikenal, Sumsel sudah memilih yakni dengan cara menjadi tuan rumah ajang olahraga internasional," kata Alex Noerdin.
Palembang mengawali perannya sebagai tuan rumah ajang internasional yakni dengan menjadi tuan rumah SEA Games XXV tahun 2011, menggelar 21 cabang olahraga dari total 44 cabang olahraga. Ketika itu, Palembang muncul sebagai kota pertama di luar Jakarta yang dipercaya sebagai tuan rumah SEA Games.
Modalnya adalah Kompleks Olahraga Jakabaring yang sebelumnya hanya berisikan beberapa venue saat PON tahun 2004 disulap menjadi kawasan venue berstandar internasional untuk menyelenggarakan SEA Games 2011.
Keberadaan JSC ini pula yang menyelamatkan nama baik Indonesia ketika Provinsi Riau menyatakan tidak siap menjadi tuan rumah Islamic Solidarity Games tahun 2013. Palembang kemudian ditunjuk negara menggantikan Riau walau masa persiapan hanya empat bulan.
Tak terhenti di situ, Palembang kemudian dipercaya menjadi tuan rumah ASEAN University Games tahun 2014.
Lalu kesempatan terbaik itu pun muncul yakni ketika Vietnam mengundurkan diri menjadi Asian Games, tepatnya hanya empat tahun sebelum ajang tersebut digelar.
Indonesia yang tertarik menjadi tuan rumah mengajukan dua kota sekaligus yakni Jakarta dan Palembang untuk kembali menjadi penyelenggara setelah terakhir di tahun 1962.
Rupanya, keberadaan JSC menjadi daya pikat tersendiri sehingga membuat Dewan Olimpiade Asia memberikan restu pada September 2014.
Sejak saat itu, Palembang bergerak cepat melakukan persiapan, salah satu yang paling mencolok yakni pembangunan jalur kereta api dalam kota Light Rail Transit (LRT) sejauh 24 kilometer yang akan difungsikan mengangkut atlet dari Bandara SMB II ke Kompleks JSC.
LRT ini menjadi yang pertama di Indonesia dan menjadi sejarah baru transfortasi Tanah Air karena buah karya anak bangsa sendiri.
2019 Melambat
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan bakal melambat pada 2019 setelah pada 2018 mencetak angka di atas rata-rata nasional.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diproyeksi berkisar hanya berkisar 5,6 persen sampai 6,0 persen pada 2019 atau melambat dibandingkan tahun 2018 yang sudah mencapai 6,14 persen paada triwulan III.
Pjs Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel Hari Widodo di Palembang, Jumat, mengatakan proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi daerah itu tidak terlepas dari kondisi eksternal yang menunjukkan pelemahan.
"Masih adanya risiko perang dagang, penurunan perdagangan dunia, dan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi dari negara tujuan ekspor Sumsel diperkirakan menjadi faktor utama perlambatan ekonomi," kata Hari.
Hari menjelaskan kondisi eksternal sangat berpengaruh terhadap ekonomi Sumsel yang selama ini mengandalkan ekspor dari komoditas karet, batu bara dan kelapa sawit.
Namun patut diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumsel pada tahun mendatang masih dapat sokongan sisi domestik yakni masih adanya sejumlah proyek pembangunan infrastruktur.
"Masih ada pembangunan jalan tol, bendungan, serta jalur kereta api. Selain itu, pelaksanaan Pilpres 2019 diperkirakan akan turut mendorong konsumsi," kata dia.
Pertumbuhan ekonomi Sumsel 2019 diperkirakan akan lebih tinggi dari kisaran apabila beberapa proyek strategis seperti Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api (KEK TAA) dapat segera direalisasikan.
Hari mengemukakan pertumbuhan ekonomi Sumsel sebetulnya terus menunjukkan peningkatan yang kuat sejak tahun 2017 hingga tahun 2018.
BI optimistis pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan akan sesuai dengan proyeksi pada akhir tahun yakni di kisaran 5,8-6,2 persen.
Analisis Fungsi Koordinasi dan Komisi Kebijakan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan Rendra Prasetya Kiswono mengatakan, BI berani mematok target di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional, karena terdapat faktor pelecut Asian Games XVIII pada Agustus lalu.
"Seperti halnya ketika menjadi tuan rumah SEA Games tahun 2011 lalu, terjadi lonjakan pertumbuhan ekonomi, begitu pula kami memprediksi tahun ini. Jika secara nasional dipatok 5,0 persen, maka Sumsel diperkirakan bisa tembus 5,8-6,2 persen," kata dia.
Secara ekonomi di tahun ini, Sumsel sangat baik sekali. Tinggal bagaimana mengupayakan pengembangan sumber ekonomi baru selain perkebunan sawit, karet, dan penggalian batu bara, kata dia.
BI sudah merekomendasikan tiga sektor yang layak dikembangkan di Sumsel untuk menjaga pertumbuhan ekonomi daerah, yakni pariwisata, industri kopi dan perikanan darat.
Tinggal bagaimana ke depan, apakah pemerintah provinsi sudah menyiapkan strategi untuk tetap menjaga pertumbuhan ekonomi Sumsel usai Asian Games.
Tentunya masyarakat menginginkan Sumsel tetap dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di masa datang.
Baca juga: Merawat oase sportivitas Asian Games 2018
Baca juga: Tahun 2018 dikenang karena Asian Games
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Dewanti Lestari
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Asian Games dan harapan meningkatnya perekonomian Sumsel"
Post a Comment