"Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia perlu memiliki marketplace seperti ini. Kasus penggelapan dana yang terjadi tahun lalu menunjukkan bahwa masih ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab," kata Eka di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, pihaknya berinisiatif untuk membuat wadah yang mana calon jamaah dan pihak travel bisa bertransaksi dengan mudah, aman, dan nyaman. Menurut Eka dari tahun ke tahun tren umroh terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, jamaah umroh di Indonesia mencapai 875.958 orang dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat sekitar 10 persen tiap tahunnya.
Ditambah lagi penetrasi belanja online di Indonesia telah mencapai 28,1 juta pengguna pada tahun 2017 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 43,9 Juta pengguna pada tahun 2022.
"Kami berupaya untuk memfasilitasi dan memperkuat perkembangan umroh di Indonesia," jelas dia, yang merupakan pendatang baru dalam dunia startup yang menawarkan marketplace khusus jasa perjalanan umroh.
Dengan aplikasi itu, masyarakat bisa memilih langsung jenis umroh yang diinginkan. Dia menjelaskan pihaknya menawarkan kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi serta berani menjamin uang kembali apabila calon jamaah gagal berangkat umroh.
"Kami menggunakan sistem escrow atau biasa dikenal dengan rekening bersama, sampai tanggal keberangkatan. Hal ini untuk meminimalisir kasus penggelapan dana umroh," katanya.
Selain itu, para mitra agen perjalanan yang tersedia juga telah ditinjau izin dan catatan silamnya, jadi tidak sembarangan agen bisa bekerjasama dengan pihaknya. Dengan aplikasi itu, juga mempermudah pengolahan data dan juga pemasaran produk agen perjalanan. Sehingga menguntungkan agen perjalanan karena berpotensi mendatangkan jamaah baru.
Pewarta: Indriani
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Keberadaan "marketplace" cegah penggelapan dana umroh"
Post a Comment