Berbagai produsen ponsel membuat merk untuk memisahkan segmen pasar, untuk kelas menengah ke bawah dan untuk produk-produk menengah ke atas.
Sub-brand dari berbagai merk ponsel sudah masuk ke Indonesia sejak tahun lalu, antara lain Honor dari Huawei, Realme dari Oppo dan Pocophone dari Xiaomi.
Terbaru, Xiaomi kembali membuat sub-brand baru untuk Redmi, namun, model terbaru di bawah bendera tersebut belum diluncurkan di Indonesia.
Analis pasar dari IDC Indonesia, Rizky Febrian, saat ditemui di Jakarta, Kamis, berpendapat vendor yang memiliki sub-brand tersebut ingin masuk ke segmen pasar tertentu tanpa perlu membawa citra dari merk induk.
"Ingin mengubah image secara total dan ingin menciptakan sesuatu yang berbeda," kata Rizky.
Merk baru sengaja dibuat sama sekali berbeda agar produk-produknya dapat keluar dari citra merk induk, seperti yang terjadi dengan Realme yang menargetkan segmen menengah ke bawah dan Oppo untuk ponsel kelas menengah hingga premium.
Strategi ini, jika melihat kondisi di pasar, memiliki kemungkinan untuk mematikan merk induk jika produk-produk yang dihadirkan bersinggungan, bisa dari harga atau segmen kelas yang ditargetkan.
Namun, ketika disinggung apakah fenomena sub-brand kelas low end seperti ini dapat mematikan vendor lokal, Rizky tidak berpendapat demikian.
Menurut dia, vendor lokal yang memiliki sumber daya besar, seperti Advan dan Evercoss, tidak akan langsung keluar dari pasar meski pun persaingan di segmen ponsel murah semakin ketat.
Baca juga: Lenovo rilis ponsel A5s harga Rp1,5 jutaan
Baca juga: Deretan smartphone low-end yang meluncur tahun 2018
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2019
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Persaingan ponsel murah semakin ketat"
Post a Comment