"Teknologi modifikasi cuaca yang saat ini banyak dilakukan adalah menunggu awan, dikombinasikan dengan teknologi pengaturan air gambut," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan, modifikasi cuaca sangat tergantung pada awan namun menjadi terkendala saat memasuki puncak kemarau dan tidak ada awan.
Seperti di Sumatera Selatan dalam sepekan terakhir awan sulit didapat sehingga tidak memungkinkan untuk modifikasi cuaca, akibatnya kebakaran gambut sulit diatasi.
"Kita akan berupaya maksimal untuk mengoptimalkan semua awan yang ada," katanya.
Saat ini ada teknologi untuk menciptakan awan yang sudah dibuat oleh badan antariksa Amerika Serikat (NASA). Menurut Tri Handoko, BPPT juga melakukan riset tentang teknologi tersebut.
"Memang hitungannya untuk membuat awan itu biayanya sangat tinggi, kendala lain untuk daerah tidak berpegunungan, kalau tidak ada daerah modulasi curam secara teori sulit dilakukan maka untuk sekarang kita optimalkan awan yang ada," tambah dia.
Untuk membuat awan juga harus menggunakan garam, biasanya menggunakan air laut dan butuh kekuatan yang cukup besar untuk memaksa uap naik menjadi awan.
Baca juga: Lanud Supadio siagakan pesawat cassa atasi kerhutla
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Modifikasi cuaca masih jadi andalan atasi karhutla"
Post a Comment