"Di Lampung Selatan tercatat 3 orang meninggal dunia, 11 orang luka-luka dan dirawat di rumah sakit, dan lebih dari 30 unit rumah rusak berat. Sedangkan di Kabupaten Pandenglang 10 orang luka-luka," demikian Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwonugroho dalam siaran pers diterima Antara di Jakarta pada Minggu dini hari.
Menurut Sutopo, pendataan kerusakan bangunan dan korban masih terus dilakukan.
Tantangan yang dihadapi dalam pendataan korban dan kerusakan yakni kondisi malam dan minimnya penerangan.
BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, relawan dan masyarakat melakukan penanganan. Bantuan disalurkan kepada masyarakat.
Kondisi pasang laut yang menerjang pantai sebagian sudah surut. Genangan dan material sampah masih banyak di permukiman.
Kejadian gelombang tinggi yang menerjang permukiman dan hotel di pantai berlangsung secara tiba-tiba sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Gelombang pasang berlangsung pada 22/12/2018 pukul 21.30 WIB.
Sutopo mengimbau masyarakat tetap tenang. Penyebab tsunami adalah disebabkan gempa, pusat gempa di laut dengan kedalaman kurang dari 20 km dan di zona subduksi, longsor bawah laut, erupsi gunung api dan jatuhnya meteor di laut.
Dia menambahkan masyarakat dapat menghubungi sejumlah nomor kontak yang diperlukan yakni Kepala BPBD Kabupaten Lampung Selatan Ketut Sukerta 081279211977, Petugas Pusdalops BPBD Kabupaten Pandegelang Deni 08129536606, dan BPBD Kabupaten Pandegelang 081287849020.
Sebelumnya, Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan tsunami di kawasan pantai barat Provinsi Banten dan pantai selatan Provinsi Lampung diduga dipicu aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.
Badan Geologi Kementerian ESDM juga mencatat adanya aktivitas vulkanik berupa erupsi gunung tersebut pada sekitar pukul 21.03 WIB.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Ganet Dirgantara
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tiga tewas akibat tsunami di Selat Sunda"
Post a Comment