Search

Ketika sail Indonesia dongkrak infrastruktur Wakatobi

Kendari, (ANTARA News) - "Bumi Surga Nyata Bawah Laut, di Jantung Segi Tiga Karang Dunia" slogan milik Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memperkenalkan keindahan bawah laut daerah itu kepada masyarakat luas, termasuk wisatawan mancanegara.

Hal ini tentu tidak berlebihan karena di samping laut Wakatobi yang dihuni oleh 790 jenis spesies ikan, di perairan tersebut juga terdapat karang atol terpanjang di dunia dan aneka keindahan bawah laut lainnya.

Itulah karenanya, wilayah kabupaten yang 97 persen adalah laut ini sangat diminati oleh para pelancong yang menggemari kegiatan diving dan snorkling.

Alasan itu juga menjadi salah satu dasar bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2015 menetapkan Wakatobi sebagai salah satu di antara 10 Top Destinasi Wisata Indonesia. Pemerintah pusat menjadikan Wakatobi sebagai sasaran pembangunan wisata Indonesia dengan sebutan "Bali Baru".

Jauh sebelum ditetapkan menjadi 10 Top Destinasi Wisata Indonesia, Wakatobi telah dipercaya menjadi tuan rumah Sail Indonesia bersama Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung yang disebut Sail Wakatobi-Belitong pada 2011.

Kegiatan ini merupakan turnamen reli yacht tahunan yang berangkat dari Kota Darwin, Australia pada Juli setiap tahun dan diikuti program tiga bulan yang terkait dengan tujuan wisata di seluruh Indonesia.

Sail Wakatobi-Belitong 2011 telah memberi pelajaran berharga bagi masyarakat tentang bagaimana gambaran suatu daerah jika menjadi destinasi wisata utama.

Selama penyelenggaran Sail Wakatobi-Belitong 2011, seluruh kamar hotel di Wakatobi serta mobil-mobil rental ludes dipesan undangan, panitia, serta wisatawan.

Berbagai lokasi wisata dan rumah makan ramai kunjungan. Produk kerajinan usaha kecil dan menengah pun laris diborong sebagai cendera mata para tamu yang berkunjung ke Wakatobi.

Bupati Wakatobi Arhawi yang saat itu masih menjadi wakil bupati setempat, mengaku bahwa Sail Wakatobi-Belitong 2011 telah memberi andil bagi perputaran perekonomian dan menjadi spirit pemerintah untuk mendorong dan mendongkrak pembangunan infrastruktur daerah.

Setelah menjadi tuan rumah Sail Indonesia, maka Wakatobi merupakan daerah persinggahan kapal yang menjadi bagian turnamen reli yacht setiap pelaksanaan Sail Indonesia.

Hal tersebut telah mendorong pemerintah untuk membangun infrastruktur pendukung, yakni dermaga pelabuhan.

Pada 2013 Pemerintah Kabupaten Wakatobi membangun dermaga terapung di Pulau Wangiwangi, ibu kota kabupaten tersebut, dengan dukungan sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

"Kementerian Perhubungan memberikan dana pembangunan dermaga terapung itu, karena Wakatobi sejak beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi rute perjalanan kapal-kapal mewah peserta Sail Indonesia," kata dia.

Saat berada di Wakatobi, para penumpang kapal mewah tersebut membutuhkan dermaga terapung yang bisa menghubungkan kapal dengan daratan.

Dengan dermaga terapung, para penumpang kapal mewah bisa sandar di mana saja di daratan Pulau Wangiwangi. Selain dermaga terapung, Pemkab Wakatobi saat ini menyempurnakan Pelabuhan Marina, tempat menambatkan kapal-kapal mewah para tamu.

Pelabuhan Marina bisa menampung hingga 300-an kapal mewah. Dermaga khusus kapal mewah untuk melayani wisatawan pencinta alam bahari yang ingin membawa kapal sendiri ke daerah tujuan wisata itu.

Dermaga khusus itu, dibangun untuk menjawab keluhan dari wisatawan yang membawa kapal sendiri ke Wakatobi dan tidak bisa sandar di pelabuhan umum karena khawatir kapal mereka berbenturan dengan kapal lain.

Dari dermaga itu, pemerintah daerah setempat bisa memungut retribusi kepada wisatawan yang menyandarkan kapal di pelabuhan khusus tersebut.

"Keberadaan dermaga pelabuhan khusus kapal mewah ini, memberi kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah Kabupaten Wakatobi," katanya.

Untuk mengembangkan pariwisata Kabupaten Wakatobi, maka harus didukung dengan keberadaan bandar udara sebagai pintu masuk bagi wisatawan, selain menggunakan jasa kapal laut.

Di Wakatobi memang sudah ada satu bandara, yaitu Matahora. Akan tetapi sekarang hanya diterbangi pesawat kecil dari Kendari (Sultra) atau Makassar (Sulawesi Selatan).

Tentunya, untuk mendukung penetapan Wakatobi sebagai salah satu tujuan wisata nasional tersebut masih diperlukan adanya bandara yang memadai supaya wisatawan bisa langsung terbang ke daerah tujuan.

Pertumbuhan penumpang pesawat udara di Wakatobi semakin meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut terlihat pada awal dimulainya pengembangan terminal penumpang yaitu pada 2013 yang tercatat 11.150 penumpang tiba dan 11.867 penumpang berangkat.

Pada 2014, jumlah mereka meningkat menjadi 17.015 penumpang tiba dan 13.786 penumpang berangkat, sedangkan pada 2015 meningkat menjadi 19.100 penumpang tiba dan 20.081 penumpang berangkat.

Saat ini, hanya ada dua maskapai yang melayani jasa transportasi udara dari dan ke Waktobi per hari, yaitu Maskapai Wings Air (ATR 72-500) dan penerbangan pesawat Garuda Indonesia yang melayani rute dari dan ke Makassar-Kendari-Wakatobi. Layanan penerbangan oleh maskapai itu diharapkan dapat menarik jutaan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Wakatobi pada tahun-tahun mendatang.

"Dengan akan dibukanya rute penerbangan tambahan ke Wakatobi, diharapkan dapat semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke pulau yang masuk dalam segitiga karang dunia," kata dia.

Pulau Wakatobi dikenal dengan keindahan lautnya, menjadi tujuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Pengembangan Bandara Matahora menjadi titik strategis pengembangan sektor pariwisata di Wakatobi untuk terus tumbuh dan berkembang.*

Baca juga: Tantangan pariwisata Sumbawa setelah Sail Moyo Tambora

Baca juga: ASDP tata kawasan pelabuhan berbasis kuliner

Pewarta:
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2018

Let's block ads! (Why?)

from ANTARA News - Berita Terkini kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2pfp4pQ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ketika sail Indonesia dongkrak infrastruktur Wakatobi"

Post a Comment

Powered by Blogger.